Senin, 19 Maret 2012

Mengenal Disleksia Pada Anak

Disleksia sudah dikenal sejak lama dan didefinisikan dengan cara yang berbeda-beda. Sebagai contoh pada 1968  the World Federation of Neurologists mendefinisikan disleksia sebagai "anak-anak yang memiliki gangguan di kelas konvensional dalam hal membaca, menulis, mengeja, setaraf tingkat kemampuan intelektual mereka". Menurut  U.S. National Institutes of Health, disleksia adalah ketidak mampuan belajar (learning disabilities) yang menghambat anak-anak untuk dapat belajar membaca, menulis, mengeja, dan kadang-kadang, bicara. Disleksia adalah masalah gangguan belajar yang paling umum ditemui pada anak-anak

Anak-anak dengan disleksia mengalami kesulitan dalam belajar membaca, meskipun itu hanya sebuah perintah sederhana yang sangat tradisional. Hal ini disebabkan oleh adanya penurunan fungsi otak dalam menerima dan menterjemahkan visualisasi yang diterima dari mata atau telinga ke dalam bahasa yang dimengerti. Hal ini tidak disebabkan oleh adanya gangguan penglihatan atau pendengaran, juga bukan keterbelakangan mental (mental retardation), kerusakan otak atau kurangnya kecerdasan.

Disleksia bisa saja tidak terdeteksi di kelas-kelas sekolah. Akibatnya, anak dengan kecendrungan seperti ini akan mengalami frustasi. Mereka mungkin akan menunjukkan tanda-tanda depresi dan rendah diri. Hal ini juga akan melemahkan motivasi dan menumbuhkan rasa tidak suka terhadap sekolah. Kesuksesan anak di sekolah akan dipastikan gagal jika hal ini tidak segera ditangani dengan tepat. 

Apa yang menyebabkan disleksia? dan Apa saja jenisnya?
  1. Trauma Dyslexia , biasanya terjadi setelah adanya cedera atau trauma pada daerah otak yang mengontrol kemampuan membaca dan menulis. Hal ini sangat jarang ditemui pada anak-anak usia sekolah.
  2. Primary Dyslexia, jenis ini disebabkan oleh disfungsi, bukan kerusakan, sisi kiri otak (cerebral cortex). Individu dengan masalah ini jarang mampu membaca di kelas 4 SD, dan mungkin saja mereka tetap akan mengalami kesulitan hingga usia dewasa. Disleksia jenis ini biasanya disebabkan oleh turunan melalui gen mereka (hereditary). Hal ini lebih sering ditemukan pada anak lelaki dibanding anak perempuan.
  3. Secondary Dyslexia atau Developmental Dyslexia, disebabkan oleh perkembangan hormon selama masa perkembangan janin. Disleksia jenis ini akan berkurang dan membaik dengan sendirinya seiring dengan perkembangan si anak.
Selain itu disleksia juga dapat berpengaruh pada beberapa fungsi yang berbeda; Visual Dyslexia, ditandai dengan kesulitan mengidentifikasi nomer dan huruf (mungkin terbalik-balik) dan ketidakmampuan untuk menuliskan setiap simbol dengan berurutan. Auditory Dyslexia melibatkan kemampuan untuk mendengar suara huruf atau kelompok huruf. Suara dianggap campur aduk dan atau tidak terdengar dengan benar/sempurna. Disgraphia merupakan kesulitan yang dihadapi anak saat berusaha memegang dan mengendalikan pensil sehingga tidak mampu menuliskan apapun dengan benar.   


*this article is taken from http://www.medicinenet.com/dyslexia/article.htm and translated into Bahasa Indonesia by Hadi M Zaf
*the picture used in this article is taken without permission from thetotallearningcentre.com

Minggu, 18 Maret 2012

Apa Yang Dipelajari Anak dari Orangtua?

Anak-anak mempelajari sangat banyak hal dari sekolah formalnya. Tapi mereka juga belajar dengan mengidentifikasi dan meniru orang tua mereka, proses seperti ini yang disebut "incidental learning" oleh Dr. Benjamin Spock.

Dr. Spock mengatakan dalam sebuah majalah parenting, bahwa melalui incidental learning "anak-anak mempelajari dan mengembangkan kemampuan dasar untuk bertahan yang mereka butuhkan, jauh sebelum mereka memasuki dunia pendidikan formal".

Incidental learning ini akan berlangsung sepanjang masa kanak-kanak mereka, tapi guru pertama anak-anak adalah orang tua mereka, dan orang tua adalah manusia yang paling menginspirasi mereka. Contoh kecil dari incidental learning ini adalah seorang anak usia dua tahun yang mendapatkan kata-kata baru setiap harinya dengan mendengarkan orang tua mereka atau seorang balita yang belajar melangkah untuk pertama kali dengan berpegangan pada orang tua.

Semakin bertambah usia mereka, semakin banyak pula orang baru dan lingkungan baru yang mereka temui, mereka pada saat ini tidak hanya mengimitasi atau meniru perilaku orang tua mereka tapi juga orang-orang lain yang mereka temui. Di masa preschool dan SD mereka akan lebih tertarik untuk mengamati dan meniru perilaku teman-temannya dan anak-anak yang lebih tua, setidaknya hal-hal permukaan seperti tingkah, bahasa dan fashion. Ada pula anak-anak yang lebih tertarik mengimitasi orang-orang dewasa, pengasuh , guru atau counselor perkemahan. Pada usia pra remaja dan remaja mereka mengidentifikasi lebih kuat mengenai perbuatan, perilaku, hingga keyakinan teman-teman sebayanya.

Anak kecil bisanya lebih cenderung mengidentifikasi orang tua berdasarkan gendernya (anak laki-laki pada ayahnya dan anak perempuan pada ibunya). Mereka menyerap pelajaran sangat penting tentang perilaku moral dan sosial dengan cara belajar dari orangtua nya.

Anak-anak usia 4 hingga 6 tahun biasanya sangat bersemangat untuk mengamati orang dewasa saat bekerja. Banyak dari mereka yang menghabiskan waktu dengan bermain rumah-rumahan atau roleplay lainnya. Yang sebenarnya sedang mereka lakukan adalah menirukan peran orang tua mereka masing-masing.

Incidental Learning juga sangat berpengaruh pada performa mereka disekolah, Dr. Spock menambahkan. Cara terbaik untuk mengajarkan kecintaan terhadap buku pada anak-anak adalah dengan membacakannya untuk mereka dan mereka melihat anda sangat menikmati membaca buku. Jika anda ingin proses incidental learning pada anak anda berlangsung dengan maksimal, anda harus memberi contoh, sesering mungkin, hal-hal berkualitas seperti sopan-santun, bekerjasama, membantu, baik dan kasih-sayang.

*the picture used in this article is taken without permission from www.lutherwood.ca


Jumat, 16 Maret 2012

Tips Jika Anak Kurang Lancar Bicara

buah hati anda memiliki masalah kurang lancar bicara atu tidak jelas usahakan untuk :

1. sering-seringlah mengajak buah hati anda berbicara.

2. bernyanyi atau mendongeng
bernyanyi, mungkin karaoke bersama buah hati anda (dgn lagu anak2 pastinya) mendongeng juga bagus untuk menambah kosakata anak dan kemampuan mendengar anak pun menjadi lebih baik. 

3. benarkan jika anad anda salah mengucap..misal : balon jadi ayon..bukan ayon nak tapi ba - lon. 

4.ajak anak bicara bertele - tele.
kalau biasanya anda hanya memberi petunjuk : habis mandi pakai baju ya,, sekarang ubah pola komunikasi anda, setelah mandi badannya di lap ya, taruh handuknya ketempat semula, lalu ambil baju dilemari pakai sendiri ya..




selamat mencoba :)


***tips dari Aunty Ririf Prima, Senior Teacher at Zafer School


7 Tips Buat Ibu, Agar Ayah Semakin Baik dan Terlibat

List berikut dikutip dari buku Throwaway Dads, by Ross D. Parke dan Armin A. Brott

1.  Lihatlah melalui perspektif dia

Menurut seorang peneliti bernama Jay Belsky, wanita biasanya mengukur pasangannya dengan membandingkan apa yang telah mereka (wanita) lakukan dengan apa yang telah dilakukan oleh sang pria. Dan hasilnya: semua pria gagal total di mata wanita! Sementara itu seorang pria biasanya mengukur kontribusi domestik mereka dengan membandingkan pada apa yang telah dilakukan oleh Ayah mereka, bahkan tidak jarang pada apa yang teman-teman dan rekan kerja mereka lakukan. Dengan menggunakan standar tersebut, biasanya sang Ayah sudah merasa cukup puas dengan kontribusi mereka di rumah.

2.  Sesuaikan standar anda

Terima saja dan hadapi, wanita dan pria memang ditakdirkan memiliki standar yang jauh berbeda. Menyesuaikan standar bukan berarti anda harus "rapat" dulu untuk memutuskan warna pakaian yang akan digunakan anak anda hari ini. Banyak hal perbedaan cara, seperti mengganti popok, bermain, belajar, dll. Yang saya maksudkan disini adalah, bahwa anda tidak selalu benar!

3.  Perlakukan dia sebagai mitra bukan asisten/pembantu tugas anda

Para pria disini juga harus memikirkan kembali peranannya dalam keluarga sebagai mitra dari seorang ibu. Dan wanita perlu memikirkan kembali tentang hal-hal masuk akal yang dapat diharapkan dari "mitra" nya. Dengan meminta "bantuan" kepada seorang ayah hanya akan menimbulkan kesan bahwa tanggung jawab si ayah dalam mengurus anak memang tidak langsung dan hanya sedikit. Daripada meminta "bantuan" lebih baik anda memintanya untuk melakukan bagiannya.

4.  Berikan pujian pada mitra anda

Di dalam suatu kelompok para pria biasanya tidak suka melakukan hal-hal yang membuat mereka merasa tidak kompeten. Disisi lain, pria biasanya sangat menyukai pujian. Katakan pada mereka bahwa mereka telah melakukan sesuatu yang penting dengan cara yang hebat.

5.  Jangan menjadi gatekeeper

Meskipun anda mengetahui cara menghentikan anak anda menangis, biarkan sang ayah mencari tahu sendiri sebelum anda berpikir untuk terjun dan melakukannya sendiri. Pria dan wanita memiliki pendekatan yang berbeda untuk tugas yang sama, dan ayah membutuhkan kepercayaan diri yang hanya akan didapatnya dari praktek langsung.

6.  Akuilah! anda tidak dapat mengerjakan semuanya sendiri

Katakan pada pasangan anda bahwa anda juga memiliki batas. Dengan membuka kesadarannya akan hal tersebut, bahwa anda tidak dapat melakukan semuanya sendiri, akan mengantarkan sang Ayah ke garis depan untuk beraksi :)

7.  Mendefinisi ulang kata "kerja"

Ketika membagi tanggung jawab, banyak pasangan yang kesulitan mendefinisikan kata "kerja". Dalam banyak keluarga, misalnya, banyak dari mereka yang melakukan kesalahan menyepelekan parenting atau pengasuhan anak dengan meletakkannya sama berat dengan kerja dan tanggung jawab domestik lainnya. Lakukan pertukaran peran sekali waktu dengan beralih tanggun jawab, biarkan dia memasak makan malam sementara anda "bergulat" dengan anak-anak. Bertukar peran seperti ini akan memberi pemahaman lebih tentang seberapa besar kontribusi yang sudah diberikan oleh masing-masing. Atau mungkin anda memiliki cara lain dalam bertukar peran dan berbagi tanggung jawab?

this article is taken from http://www.babycenter.com/0_becoming-a-better-dad-seven-ways-your-partner-can-help_8255.bc and translated into Bahasa Indonesia by Hadi M Zaf 

Kamis, 15 Maret 2012

Anak Ngompol, Sewajar Apa?

Kebiasaan ngompol adalah hal yang sangat umum terjadi pada anak kecil., dan kebiasaan ini bisa saja terus berlanjut pada usia menjelang remaja. Para dokter juga tidak dapat menyimpulkan secara pasti apa yang menyebabkan kebiasaan mengompol dan bagaimana itu berhenti, sehingga itu dianggap sebagai hal yang sangat alamiah dalam masa tumbuh dan berkembangnya anak. Pada lazimnya, kebiasaan mengompol tidak ada hubungannya dengan gangguan kesehatan atau masalah emosional.

Akan tetapi, kebiasaan mengompol dapat menjadi sebuah situasi yang menjengkelkan dan stressful. Anak-anak juga biasanya akan merasa malu dan merasa bersalah karena telah ngompol di tempat tidur, sehingga kadang-kadang mereka merasa takut untuk menginap atau mengikuti sebuah camp sekolahan.


Apakah kebiasaan ngompol itu wajar?


Enuresis, istilah ilmiah untuk mengompol, adalah masalah yang sangat umum ditemui pada anak-anak, khususnya anak dibawah usia 6 tahun. Sekitar 13% dari anak yang berusia 6 tahun masih memiliki kebiasaan ini, dan 5% dari anak 10 tahun juga masih mengompol. Kebiasaan mengompol juga berkaitan dengan keturunan, jika salah satu dari keluarga anda dulunya memiliki kebiasaan ini, besar kemungkinan anak anda juga akan memiliki 'masalah' yang serupa.


Apa yang seharusnya dilakukan?


Kebiasaan ngompol biasanya akan berhenti dengan sendirinya. Tapi hingga hal itu terjadi, anak akan merasa malu dan tidak nyaman. Karena itu sangat penting bagi para orang tua untuk memberikan dukungan positif kepada anak selama proses ini masih berlangsung. Ini hanya gejala alamiah yang harus dilalui oleh hampir semua anak, bahkan mungkin termasuk anda pada usia tersebut.

Ajarkan anak anda untuk buang air kecil pada saat terakhir sebelum tidur. Usahakan agar mereka minum lebih banyak air di siang hari, dan lebih sedikit di malam hari. Jauhi minuman yang mengandung kafein. Dan dengan cara membangunkan mereka ditengah malam untuk ke kamar kecil. Dan beberapa orang tua melakukan hal-hal tersebut dengan memberikan reward untuk anak mereka setiap kali mereka bangun tanpa ngompol. Bedwetting alarm juga biasanya sangat membantu.

Apabila anak anda bangun tidur dengan seprai mereka basah, jangan memarahi atau mengasari mereka. Ajaklah buah hati anda untuk sama-sama mengganti seprai tersebut. Jangan lupa katakan pada mereka, bahwa ini bukan hukuman melainkan hanya bagian dari proses yang harus mereka jalani dan mereka sudah sangat membantu. Selanjutnya berikan pujian pada setiap saat mereka bangun tanpa ngompol.

Kapan harus berkonsultasi dengan dokter?


Kebiasaan mengompol yang dimulai tiba-tiba, sebelumnya tidak, atau disertai dengan gejala lainnya dapat menjadi tanda-tanda kondisi medis lainnya. Untuk itu sebaiknya konsultasikan dengan dokter anak anda. Dokter mungkin akan memeriksa apaka ada kemungkinan infeksi saluran kemih (ISK), sembelit, masalah kandung kemih, diabetes, atau stress berat.

Hubungi dokter jika anak anda:

  • mulai mengompol kembali setelah setidaknya 6 bulan tidak pernah terjadi.
  • memiliki kebiasaan kencing di celana pada siang hari.
  • menjadi nakal
  • mengeluh rasa panas atau sakit ketika buang air kecil
  • menjadi sering buang air kecil
  • minum/makan lebih banyak dari biasanya 
  • terjadi pembengkakan pada kaki atau pergelangan kaki (ankle)
  • masih memiliki kebiasaan mengompol pada usia 7 tahun.


this article is taken from
http://kidshealth.org/parent/general/sleep/enuresis.html# and translated into Bahasa Indonesia by Hadi M Zaf

Selasa, 13 Maret 2012

Menghentikan Bullying

Bullying adalah tindakan menakut-nakuti dan mengancam orang lain. Anak-anak yang menjadi pelakunya biasanya memilih anak yang lebih lemah atau lebih "sendirian" sebagai korbannya, dan melakukannya terus menerus. Bullying biasanya dimulai sejak SD dan semakin menjadi-jadi di masa SMP, sementara di masa SMA tidak begitu lazim, tapi tetap ada.
Bentuk-bentuk bullying antara lain:

  • Kekerasan fisik: pemukulan, atau dorongan
  • kekerasan emosional: mengolok-olok, atau menulis hal-hal kasar menjurus menghina di media online seperti blog atau sosial media, juga termasuk bullying
Kekerasan fisik biasa dilakukan oleh anak laki-laki, sedangkan kekerasan emosional biasa dilakukan oleh anak perempuan.
Jika anda merasa anak anda adalah salah satu pelaku atau korban bullying, segeralah bertindak!

Kenapa harus dihentikan?

Bullying adalah masalah yang amat serius bagi anak yang terlibat, baik pelaku ataupun korban. Anak yang menjadi korban dapat mengalami depresi hebat, menganggap diri mereka buruk, bahkan membenci diri mereka sendiri. Mereka juga mungkin akan ketakutan dan tidak lagi bersemangat untuk bersekolah. Fatalnya, terkadang mereka memilih cara-cara ekstrim yang dapat berakhir tragis sebagai jalan keluar. Misalnya mereka dapat saja membawa senjata, menggunakan kekerasan untuk balas dendam, atau mungkin membahayakan nyawa mereka sendiri.
Sementara bagi para pelakunya cenderung terlibat hal-hal negatif seperti obat-obatan, minuman keras, bahkan tindakan-tindakan brutal melawan hukum lainnya.

Seperti apa penanganan terhadap pelaku?


Biasanya para pelaku bullying memiliki fisik yang kuat, mereka melakukannya (bullying) karena mereka menyukai perasaan sebagai anak yang kuat diantara anak seusianya. Mereka tidak berfikir sebelum melakukan perbuatannya, dan mereka tidak suka mengikuti peraturan, mereka tidak pernah belajar untuk memahami perasaan orang lain.
Anak-anak seperti ini membutuhkan konseling, mereka harus mengetahui kenapa mereka melakukan ini dan itu, dan apa akibatnya. Ini juga akan melatih mereka untuk dapat berinteraksi dengan cara-cara yang lebih positif. Konseling di keluarga inti (Family Counseling) sangat dianjurkan.

Seperti apa tanda-tanda pada anak yang menjadi korban?

Anak yang menjadi korban biasanya selalu merasa rendah diri, pendiam, pemalu dan tertutup. Mereka tidak memiliki terlalu banyak teman dan tidak mampu mempertahankan diri sendiri. Pada tingkat lanjut, mereka dapat saja merasa bahwa mereka memang pantas diperlakukan seperti itu.

Apa yang dapat dilakukan oleh anak yang menjadi korban?


Anak-anak yang menjadi korban biasanya ketakutan dan marah sehingga tidak mengeahui apa yang dapat mereka lakukan. Jika anda mengetahuinya maka ajarkanlah mereka;

  • mengatakan "jangan ganggu saya" atau, "kamu tidak bisa menakuti saya" atau, "saya tidak takut", latihlah mereka untuk mengatakan kata-kata seperti itu dengan tenang
  • jangan pernah lari, berjalan biasa saja saat melewati mereka
  • beritahukan pada seseorang (dewasa), misalnya guru, orang tua yang kemudia bisa membantu menghentikan bullying
Apa yang dapat kita lakukan untuk menghentikan bullying?

Bullying dapat dihentikan jika orang-orang peduli dan mau bertindak. 

Bullying lazimnya terjadi di sekolah, terutama sekolah dengan disiplin dan pengawasan yang buruk. Jika anda mengetahui bullying terjadi di sekolah anak anda, meskipun korbannya bukan anak anda, berbicaralah dengan kepala sekolahnya dan tuntut agar sekolah mau lebih peduli dan tanggap terhadap segala bentuk kekerasan di sekolah. Para pelakunya harus mendapatkan tindakan-tindakan "pendisiplinan", sedangkan anak yang menjadi korban harus di beri support dan di jaga.

Sebagai orang tua, jika anak anda adalah korban, bantu, motivasi, dan arahkan dia untuk terlibat di dalam satu komunitas atau kelompok baru yang dia sukai, seperti klub olahraga, kegiatan mesjid, atau kegiatan ekskul di sekolahan. Menjadi bagian dari suatu kelompok akan mengurangi resiko terjadinya bullying, dan memiliki teman dapat membantu seorang anak memperbaiki citra dirinya.

Anak-anak juga dapat membantu anak-anak lainnya. Kamu dapat menegur dengan mengatakan "hentikan, itu sama sekali ga lucu!". Jika cara seperti itu rasanya tidak mungkin, segera saja laporkan atau beritahukan kepada orang dewasa yang melintas.

Tips Untuk Membina Kepercayaan Diri yang Sehat Pada Anak

Pada umumnya semua orang tua menyadari bahwa perasaan self-worthed (merasa keberadaannya berharga) bagi seorang anak berkaitan erat dengan lingkungan sosial dan pendidikannya, hanya saja terkadang yang tidak disadari oleh orang tua adalah, betapa mudahnya untuk menghancurkan rasa percaya diri (self esteem) si anak. Riset menunjukkan bahwa anak dengan kemampuan belajar yang kuran g baik memiliki tingkat kepercayaan diri yang kutrang baik pula, tapi SEMUA anak akan merasa berharga ketika orang tua mereka maju untuk membantu mereka membangun perasaan positif. The Coordinated Campaign for Learning Disabilities dan Dr. Robert Brooks, telah merangkum hal-hal berikut sebagai saran untuk para orang tua:

1.  Bantu anak anda merasa spesial dan dihargai

Riset membuktikan bahwa salah satu faktor penting yang sangat berpengaruh kepada anak untuk membangun harapan adalah kehadiran satu orang dewasa yang dapat membantu mereka merasa spesial dan dihargai; seorang dewasa yang peduli terhadap permasalahan mereka, dan memfokuskan energinya untuk menguatkan si anak. Salah satu caranya adalah menyediakan waktu khusus bagi masing-masing anak anda. Jika anak anda  sudah di usia 7 tahun keatas akan sangat membantu jika anda mampu mengatakan "ketika aku bermain bersamamu, aku tidak tertarik untuk menjawab panggilan telepon." Dan pada waktu spesial ini fokuslah pada hal-hal yang dia sukai, bukan anda sukai, sehingga dia punya kesempatan untuk rileks dan dia akan menunjukkan seluruh bakat dan kemampuannya.

2.  Bantu anak anda untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah (problem solving)  dan mengambil keputusan (decision-making)

Kepercayaan diri yang tinggi juga sangat berkaitan dengan kemampuan memecahkan masalah. Contohnya: Jika anak anda memiliki masalah pertemanan, anda dapat mengajaknya untuk memikirkan beberapa jalan keluar untuk situasi tersebut. Tidak masalah jika dia tidak dapat menemukan jalan keluar, karena ada anda yang akan membantu merefleksikan beberapa kemungkinan.

3.  Hindari komentar menghakimi, sebaliknya bingkai dalam kata-kata yang positif

Kalimat menghakimi terkadang terdengar biasa, contohnya: "Usahakan lagi, cobalah lebih keras!" . Banyak anak-anak yang sudah berusaha sekeras mungkin tapi masih saja mengalami kesulitan. Untuk kasus seperti ini sebaiknya anda mengatakan "mungkin kita harus menemukan cara/ strategi lain yang lebih baik untuk membantumu". Dengan menyatakan seperti ini anda juga membangun kemampuan mereka dalam memecahkan masalah.

4.  Jadilah orang tua yang ber-empati

Banyak orang tua yang baik pada akhirnya frustasi dan mengatakan hal-hal seperti; "kenapa kamu tidak mau mendengarkan saya?" atau "Kenapa kamu tidak menggunakan otakmu?". Sebaiknya tunjukkan empati anda bahwa anda tahu dia mempunyai masalah dan ajak sama-sama memikirkan solusinya.

5.  Selalu sediakan pilihan untuk mereka.

6. Jangan pernah membanding-bandingkan, terutama dengan saudaranya

7.  Ketahuilah kelebihan-kelebihan yang mereka miliki

Sangat disayangkan banyak anak-anak yang melihat diri mereka sendiri secara negatif, khususnya dalam hal belajar dan sekolah. Buatlah sebuah peta kompetensi (islands of competence), pilih salah satu nya, berikan dukungan dan ruang yang luas bagi mereka untuk menunjukkan bakatnya.

8.  Sediakan peluang bagi mereka untuk membantu

Anak-anak sepertinya terlahir dengan keinginan untuk dapat membantu orang lain. Ini juga sebaiknya menjadi salah satu cara kongkrit untuk menunjukkan kompetensi mereka, sehingga mereka merasa memiliki sesuatu untuk ditawarkan kepada dunia.  Mengikutsertakan mereka dalam kegiatan amal juga bisa menjadi alternatif. Membantu orang lain memberikan rasa luar biasa yang dapat membantu mengangkat kepercayaan diri mereka dengan cepat.

9.  Jangan menetapkan ekspektasi yang tidak realistis

10. Jika anak anda memiliki masalah dalam belajar, berikan informasi yang sebenarnya kepada anak anda. 

Anak-anak terkadang memiliki fantasi dan miskonsepsi tentang masalah mereka, contohnya seorang anak berpikir bahwa dia terlahir dengan otak yang hanya setengah


this article is taken from http://life.familyeducation.com/self-esteem/parenting/36374.html and translated into bahasa Indonesia by Hadi M Zaf

Kurangnya Waktu Bermain Membahayakan Tumbuh Kembang Anak

Sebuah lembaga penelitian di New Zealand merilis bahwa hampir separuh (46 persen) dari jumlah anak usia 6-12 tahun di negri kiwi tersebut  tidak memiliki waktu bermain setiap hari. Anak-anak tersebut akan mengingat masa kecil mereka tidak lebih dari permainan komputer dan rutinitas, bukannya menghabiskan sore bersama teman-temannya.


Riset ini juga melaporkan bahaya yang mungkin terjadi pada anak-anak tersebut; seperti kelebihan berat badan (obesitas) dan hilangnya momen penting untuk perkembangan otak yang sehat. 


Lebih dari 1 dari 3 anak dalam survey ini mengatakan bahwa mereka tidak memiliki teman bermain, yang lainnya mengatakan tidak tahu harus bermain apa. Dan para orang tua mengatakan sangat sulit dan butuh upaya keras bagi mereka untuk melepaskan diri dari perangkat elektronik.


Professor Grant Schofield, director of AUT University's Centre for Physical Activity and Nutrition, di dalam kata pengantarnya dalam laporan penelitian ini menggunakan kata "mencengangkan" terhadap hasil penelitian ini, selanjutnya mengungkapkan "Anak-anak harus mematikan perangkat elektronik mereka, pergi berpetualang ke halaman belakang dan biarkan imajinasi mereka menjadi liar. Biarkan mereka mengambil sedikit resiko, dan biarkan mereka melakukan kesalahan, karena dari situlah mereka akan belajar"






this article is taken from http://www.bayofplentytimes.co.nz/news/lack-of-play-time-harming-our-children/1301931/ and translated into Bahasa Indonesia by Hadi M Zaf

Senin, 12 Maret 2012

Sifat Pemalu Pada Anak dan Cara Menghadapinya

Ada banyak anak-anak yang dikategorikan pemalu. Namun jika kita memahamiya sifat 'pemalu' tidaklah selalu jelek. Sifat pemalu bisa menjadi 'berkah' atau hambatan bagi seorang anak, tergantung dari cara mengahadapinya.

1. Ketika pemalu adalah berkah

Sifat pemalu adalah kepribadian, bukan kesalahan. Beberapa orang paling baik yang pernah saya kenal memilki sifat pemalu. Orang seperti ini biasanya adalah sahabat yang penuh perhatian, yang memancarkan keramahan bahkan tanpa satu kata-pun. Sifat pemalunya-lah yang pada awalnya memunculkan ketertarikan saya pada Martha. Kami bertemu pertama kali di sebuah pesta persaudaraan di tahun-tahun akhir saya di Fakultas Kedokteran. Dia berdiri ditengah-tengah keriuhan saudara-saudara yang lain, semua orang berbicara, tetapi dia hanya mendengar. Dia mengamati semua orang, hanya tersenyum tapi kehadirannya sangat terasa. Dia seorang introvert yang mampu membuat semua extrovert di sekitarnya merasa nyaman. Saya berpikir " Ada orang yang sangat baik disini". Saya menyapanya di kemudian hari, dan sisanya adalah kisah yang indah.


Anda tidak harus mengatakan "Maaf, dia sangat pemalu" dengan nada ber-apologi, terutama di depan anak anda, karena memang tidak ada yang salah dengan menjadi pemalu, sebaliknya justru banyak benarnya. Banyak orang tidak memahami sifat pemalu sehingga menganggapnya sebagai suatu masalah. Mereka percaya bahwa anak dengan sifat pemalu memiliki citra diri yang buruk. Sebenarnya, anak dengan kecendrungan pemalu, memiliki konsep diri yang solid, mereka memiliki ketenangan jiwa (inner peace) yang memancar. Jika semua orang extrovert mau mengenali mereka, para extrovert itu akan melihatnya. 


Para orang tua biasanya khawatir melihat anak mereka tetap diam ditengah keriuhan, "apakah dia hanya malu, atau ada masalah yang lebih serius?". Begini menjawabnya. Anak pemalu yang sehat biasanya tetap melakukan kontak mata, sopan, dan terlihat bahagia dengan dirinya. Dia diam saja, tingkah lakunya secara umum baik dan orang-orang nyaman dengan kehadirannya.


Beberapa anak pemalu biasanya serius (deep thinking) dan berhati-hati. Mereka agak lambat dalam memulai interaksi dengan orang baru. Mereka mempelajari dulu orang tersebut untuk melihat apakah akan mungkin terjadi interaksi positif. Anak "pemalu" memiliki ketenangan jiwa (inner peace) sehingga "sifat pemalu" (shyness) ini berfungsi sebagai pelindungnya. Anak keenam kami, Matthew, adalah salah satu anak paling bahagia dengan kecendrungan seperti ini. Matt sangat berhati-hati dengan pertemanannya, tapi sekali dia berteman itu adalah teman untuk selamanya.

Singkat cerita, Setelah Matt mulai bersekolah, pada rapat orang tua-guru (parent-teacher conference) yang pertama, sang guru bertanya "Matthew sangat pemalu, ya?". "Ya, dia pendiam (reserved)", kami jawab. Lalu di tengah pembicaraan topik yang sama kembali muncul "Matt sangat pendiam". "Ya, Matt sangat fokus", kami menjelaskan. Akhirnya sang guru memahami bahwa kami melihat perilaku Matthew sebagai hal positif, bukan masalah.  

2. Ketika sifat pemalu adalah masalah

Bagi sebagian anak, sifat pemalu (shyness) adalah manifestasi dari masalah batin (inner problem), bukan ketenangan jiwa (inner peace). Mereka biasanya menghindari kontak mata dan memiliki banyak masalah tingkah laku (behavioral problem). Orang-orang tidak akan merasa nyaman dengan kehadirannya. Ketika kita mencoba untuk menyelami meraka, kita akan menemukan bahwa segala tindakan mereka bersumber dari rasa marah dan takut. Jika mau menyelami mereka lebih dalam, biasanya mereka memiliki banyak sekali alasan untuk marah.

3. Bersembunyi di balik sifat pemalu

Beberapa anak malah bersembunyi di balik 'label' pemalu sehingga mereka tidak harus memperlihatkan kepada orang lain jati diri yang mereka tidak sukai. Label ini dimanfaatkan sebagai sebuah alasan pembenaran untuk tidak mengembangkan dan melatih kemampuan bersosialisasi. Anak dengan motivasi yang rendah (unmotivated child) biasanya juga menggunakannya sebagai pembenaran untuk tidak berusaha lebih keras dan tetap berada di level yang itu-itu saja. Untuk anak-anak seperti ini, sifat pemalu adalah masalah. Untuk membantu mereka kita harus membangun ke-percaya diri-an mereka. Mereka membutuhkan orang tua yang disiplin dengan cara-cara yang tidak menjurus pada kemarahan atau ke-tidak suka-an.

4. Anak yang sebelumnya extrovert menjadi introvert

Bagaimana dengan anak usia dua tahun yang selalu tersenyum, menyapa dan melambai kepada setiap orang yang ditemuinya, tiba-tiba berubah menjadi pendiam dan pemalu? Biasanya para ibu akan mengkhawatirkan "apakah ada sesuatu yang salah yang telah mereka lakukan?", biasanya jawanbannya adalah, tidak ada! Sebelum usia dua tahun, biasanya anak-anak berperilaku lebih spontan, mereka bertindak kemudian baru berpikir, terutama dalam hal berinteraksi. Usia antara 2-4 tahun, anak-anak memasuki fase selanjutnya dalam berhadapan dengan pendatang baru atau orang asing (stranger), mereka menjadi takut dengan orang-orang yang belum mereka kenali.

Penolakan atau menarik diri dari interaksi adalah fase yang normal dalam pertumbuhannya. Jadi sebelum anda meminta maaf kepada kerabat anda, merasa malu, atau menggunakan jasa guru tingkah laku (behavioral therapist), bersabarlah. berikan anak anda ruang dan dan dorongan dan tidak lama lagi dia akan kembali bersinar.

Orang tua biasanya masih bertanya-tanya tentang sifat malu pada anak mereka, "apakah ini hanya fase yang harus dilewati?", "apakah dia harus lebih didorong agar menjadi lebih out going?" Atau "apakah ada masalah serius lainnya?". Untuk mengetahuinya inilah yang harus anda lakukan:

5.  Peluklah buah hati anda

Pertama pahami bahwa anda dikaruniai buah hati yang memiliki sensitivitas, kasih sayang, seorang anak yang tenang dan pendiam (reserved child) yang lambat beradaptasi, berhati-hati dalam berinteraksi, tetapi sangat bahagia. Peluklah dia dan dunia akan terasa menjadi tempat sangat lembut baginya.

6. Semakin anda paksa, dia akan semakin menarik diri

Anda tidak bisa memaksakan seorang anak untuk menjadi tidak pemalu. Akan jauh lebih baik jika anda menciptakan sebuah lingkungan yang nyaman baginya dan membiarkan dia tumbuh dan berkembang secara alami. Jangan sekali-kali melabelinya pemalu (shy). Jika mereka mendengar anda berkata seperti itu mereka akan merasa bahwa ada sesuatu yang salah dengan mereka. Jika anda terpaksa, gunakan kata kalem (reserved) atau pendiam (personal). Misalnya jika berkunjung ke rumah bibi, kata yang biasanya sering diucapkan adalah "Jangan pemalu seperti itu, bibi tidak akan menggigit". Saya jamin, bukannya memperbaiki keadaan, anda malah membuatnya semakin diam dan takut. Yang seharusnya anda lakukan adalah memberitahukan keinginan anda kepada anak anda sebelum sampai di rumah bibi; " sapa lah bibimu, katakan hai, lalu berlakulah sopan dan ramah padanya". Dan jangan meminta lebih dari kesanggupannya. Tetap berikan perhatian pada anak anda ketika sudah dirumah bibi, libatkan dia ketika anda bercengkrama. Sebaiknya minta anak anda untuk membawa mainan favoritnya yang bisa menjadi 'jembatan' bagi bibi untuk berinteraksi dengannya.

7. Jangan menjadikannya sebagai artis pertunjukan

Nenek dan Kakek akan berkunjung ke rumah, anda sangat ingin anak anda memperlihatkan kemampuannya bermain piano di depan kakek dan nenek. Jangan pernah meminta anak anda tanpa pemberitahuan sebelumnya. Anak anda dipastikan akan melarikan diri dari permintaan anda, dan anda akan sibuk meminta maaf kepada kakek dan nenek. Sebaiknya bicarakan dengannya secara personal, dan mintalah persetujuannya; "kamu bermain piano dengan sangat baik, dan nenek ingin sekali melihat permainanmu, maukah kamu menunjukkannya pada nenek sedikit saja?". Ada anak-anak yang memang terlahir sebagai "performer", tapi ada juga anak-anak yang merasa sangat nyaman bermain untuk mereka sendiri. Dengan meminta persetujuannya anda telah menghargainya dan memberikan rasa nyaman tersebut.

8. Anak yang pendiam dan Ibu yang ceriwis

Kombinasi dimana sang ibu mendominasi perkembangan sosial anaknya. Contohnya di suatu kesempatan saya bertemu dengan Susy, seorang anak pendiam, sopan dan gampang didekati, di ruangan praktek saya. Saya bertanya "Susy, apakah ada sesuatu yang kamu rasakan?" Baru saja Susy membuka mulutnya untuk berbicara, Ibunya menginterupsi "Dia merasa....bla..bla.." dan mengatakan detailnya kepada saya. Kemudian saya bertanya kembali "Susy, apakah benar itu yang kamu rasakan?" dan sekali lagi se-per sekian detik sebelum Susy membuka mulutnya, sang Ibu kembali menyela "dan dia juga merasakan...bla..bla.." Dan diakhir pemeriksaan Ibunya mengatakan "Ayolah Susy, jangan malu, katakan yang mengganggumu". Akan tetapi Susy tetap diam sepanjang pemeriksaan, semangatnya telah diruntuhkan oleh keceriwisan ibunya. Susy sama sekali tidak pemalu, dia hanya terlahir sebagai anak yang tenang. Tapi tempramen dan keprabadian yang tidak cocok (missmatch) ini telah menghambat perkembangan kemampuan berkomunikasi Susy dan menghambat sang Ibu untuk belajar mendengarkan. Saya menyarankan jika saja ibunya menjadi lebih pendiam di depan Susy, maka Susy akan menjadi lebih outgoing . Dan pada check-up selanjutnya keadaan Susi jauh lebih baik.


this article is taken from http://www.askdrsears.com/topics/child-rearing-and-development/8-ways-help-shy-child and translated into Bahasa Indonesia by Hadi M Zaf

Anak Gemuk, Ubah Pola Makannya

Orangtua kadang tidak menganggap serius tanda-tanda kegemukan pada anaknya. Tapi begitu tahu anaknya sering di-bully karena gemuk, barulah orangtua sadar anaknya harus diet. Tapi sebenarnya anak gemuk tak perlu diet tapi cukup ubah pola makannya.

Anak-anak yang mengalami obesitas cenderung dikucilkan dari pergaulan dan dibully oleh anak-anak lain. Anak-anak obesitas juga lebih rentan sakit dan meurunkan prestasi belajarnya di sekolah.

Anak-anak yang mengalami obesitas lebih jarang berjalan karena pahanya bergesekan ketika berjalan sehingga merasa sakit. Hal ini membuat anak-anak ini makin jarang bergerak dan malas berolahraga.

"Anak-anak yang gemuk di Indonesia kebanyakan adalah anak-anak mampu yang orang tuanya sibuk. Apalagi saat ini makanan junk food bisa dipesan antar. Tanpa adanya kontrol dari orang tua, anak-anak ini makin besar risikonya menjadi obesitas," kata Dr. dr. Damayanti Rusli Sjarif, Sp.A(K), dokter spesialis anak Bagian Nutrisi dan Penyakit Metabolik Departemen Ilmu Penyakit Anak FKUI/RSCM Jakarta dalam acara Nutritalk Sari Husada di Hotel Ritz Carlton Mega Kuningan, Jakarta, Jumat (9/3/2012).

Menurut penelitian yang pernah dilakukan dr Damayanti di tahun 2006, sebanyak 15.3% siswa SD di seluruh Jakarta mengalami obesitas. Penelitiannya di tahun 2011 mengungkapkan 22,5% siswa SMA di Jakarta mengalami obesitas. Dari penelitian ini dia juga menemukan bahwa anak-anak obesitas 72% asupan makanannya adalah lemak dan hanya 10% di antaranya yang rutin berolahraga.

Dr Damayanti juga menuturkan bahwa obesitas meningkatkan risiko penyumbatan saluran napas ketika tidur (sleep apnea) sebesar 38,25%, risiko gangguan metabolisme 34%, dan risiko peningkatan kolesterol sebanyak 33%. Untungnya, risiko ini masih sangat bisa diatasi pada anak-anak dengan banyak berolahraga dan mengubah pola makan.

"Untuk mengatasi obesitas pada anak-anak, jangan suruh mereka berdiet sebab diet bagi anak-anak adalah siksaan. Begitu jadwal diet selesai, anak-anak akan melampiaskan lagi keinginan makannya dan kembali gemuk. Yang perlu dilakukan hanyalah sederhana, yaitu mengubah pola makan," kata dr Damayanti.

Mengubah pola makan yang dimaksud dr Damayanti adalah anak-anak tetap boleh makan banyak namun didisiplinkan untuk makan 3 kali sehari, tidak boleh lebih. Junk food dan minuman ringan harus dihindari. Anak-anak harus memperbanyak makan sayur, buah-buahan dan air putih. Namun yang paling penting, kontrol dari orangtua dan keinginan anak sendiri untuk mengatasi obesitasnya adalah faktor yang paling penting.

Obesitas banyak disebabkan karena gaya hidup orangtua yang tak sehat dan ditiru oleh anak-anak. Sebanyak 90% obesitas dipengaruhi oleh faktor lingkungan, yaitu karena pola hidup tak sehat.

Penelitian tahun 1999 menemukan bahwa anak-anak 40% berisiko obesitas jika salah satu orang tuanya obesitas. Dan anak-anak berisiko obesitas 70% jika kedua orang tuanya mengalami obesitas.



taken from detikheath.com